Istriku,
Perkawinan menurut sang nabi
adalah persatuan dan kesatuan. Meskipun demikian, harus ada ruang bebas yang
membentang antara suami dan istri. Cintailah satu sama lain, tapi janganlah
membuat ikatan cinta antara keduanya. Dengan demikian, akan terbentang laut
yang bergerak antara pantai jiwa laki-laki dengan pantai jiwa pasangannya. Dan,
saling isilah gelas pasangan masing-masing, tapi jangan sampai terjadi keduanya
minum dari gelas yang sama. Saling berilah roti satu sama lain, tapi ingat,
jangan sampai kedua pasangan itu makan roti yang sama.
Camkan itu, istriku..
Camkanlah apa yang dikatakan oleh
sang nabi. hubungan kita juga seharusnya demikian. Kita bersatu padu, tapi kita
musti jaga dan pelihara kita punya jarak. Berilah saya kebebasan untuk
bergerak, yaitu bergerak atas pengetahuan sampean. Saya akan menjadi bebas dan
lepas, tapi hanya nampaknya. Dan dalam kelepasan kebebasan itulah saya akan
mempersembahkan apa yang sampean minta..yaitu ‘ anak’.
Sekali lagi istriku,
Perkwinan adalah lembaga,
demikian juga anak. Sebagai bagian lembaga, tidak mungkin saya seratus persen
menjaga sampean. Masing-masing kita mempunyai kebebasan, yaitu kebebasan dalam
keterikakatan. Dan sebagai lembaga, anak juga tidak sepenuhnya milik saya,
tidak juga sepenuhnya milik sampean.
Maka sekarang dengarlah apa kata sang nabi, pada waktu seorang
permpuan menggendong bayi dan menempelkan bayinya ke dadanya bertanya, dan kata
nya.
Anakmu bukanlah
milikmu
Mereka adalah
putra dan putri kerinduan Sang Hidup terhadap dirinya sendiri
Mereka datang
melalui kau, tetapi bukan dari kau
Dan meskipun
mereka besertamu, tapi bukan hakmu
Kau boleh
memberi cinta, tapi bukan pikiranmu, karena mereka punya pikiran sendiri
Kau boleh
menempatkan badannya, tapi bukan jiwanya
Karena jiwanya
menghuni rumah esok hari, yang tidak dapat kau kunjungi bahkan dalam mimpimu
Kau boleh
berusaha menyerupai mereka, tetapi jangan berusaha membuat mereka seperti
engkau
Karena hidup
ini tidak berjalan mundur, ataupun
terpancang pada kemarin
Kamu adalah
busur sedangkan anak-anakmu adalah panah hidup yang dilepaskan
Sang pemanah
melihat tanda pada jalan keabadian dan Dia melengkungkan engkau dengan
kekuatannya agar anak panahnya melesat cepat dan jauh.
Jadikanlah lengkunganmu
dalam tangan Sang Pemanah suatu kegembiraan sebagaimana dia mencintai anak
panah yang melesat itu, begitu pula dia mencintai busur yang mantap
(Kahlil
Gibran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
your Comment here