A. Pengertian Kohesi
Kohesi adalah
hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai penggunaan unsur bahasa. Konsep
kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk, artinya unsur-unsur wacana
(kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki
keterkaitan secara padu dan utuh (Mulyana, 2005: 26). Contoh kohesi adalah
sebagai berikut.
Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang tuaku
berlangganan listrik dari PLN. Baru-baru ini tarif
pemakaian listrik naik 25%, sehingga banyak masyarakat yang mengeluh.
Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan
penghematan. Jumlah peralatan yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat
yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk
udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa
saja, bukan barang mewah.
Contoh wacana di atas dikatakan kohesif,
karena menggunakan alat kohesi pengulangan, misalnya listrik yang diulang
beberapa kali. Namun, paragraf tersebut tidak padu karena bagian-bagian
paragraf itu tidak mempunyai kepaduan secara maknawi.
B. Pengertian Koherensi
Koherensi adalah keterkaitan
antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki
kesatuan makna yang utuh (Brown dan Yule dalam Mulyana, 2005: 30).
Contoh:
(a) Buah Apel ( Apple ) adalah salah satu buah
yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. (b) Menurut beberapa
penelitian dibalik kelezatan dari rasa buah apel ternyata juga mengandung
banyak zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. (c) Untuk itu
sangatlah penting untuk mengkonsumsi buah apel. (d) Buah
Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat,
fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain
sebagainya. (e) Dengan kandungan zat-zat tersebut buah apel
memiliki manfaat yang dapat mencegah dan menanggulangi berbagai
penyakit. (f) Berikut ini adalah beberapa manfaat buah apel
bagi kesehatanyang berhasil dihimpun dari berbagai
sumber yaitu buah apel dapat mencegah
penyakit asma, dapat mengurangi berat badan, melindungi tulang,
menurunkan kadar kolesterol, mencegah kanker hati, kanker paru-paru, kanker payudara,
kanker usus, mengontrol diabetes, membersihkan dan menyegarkan mulut.
Bagian-bagian pada wacana di atas saling mempunyai kaitan secara
maknawi, kalimat di atas menjelaskan secara rinci zat-zat dan manfaat yang
terkandung dalam buah apel. Wacana itu termasuk wacana padu karena hampir
setiap kalimat berhubungan padu secara maknawi dengan bagian lain. Selain itu,
wacana itu juga kohesif. Ada beberapa kata yang diulang (buah apel pada
setiap kalimat). Jadi, wacana itu harus kohesif dan dan koherensif. Bahkan
keterpaduanlah (koherensi) yang harus diutamakan.
C. Piranti Kohesi
Menurut Halliday dan Hassan
(1976), unsur kohesi terbagi atas dua macam, yaitu unsur leksikal dan unsur
gramatikal. Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi
yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti kohesi leksikal
adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
1. Piranti Kohesi
Gramatikal
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan
piranti kohesi gramatikal seperti berikut.
a. Referensi
Referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya
mempunyai referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis.
Halliday dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua
macam, yaitu eksoforis dan endoforis.
§ Referensi eksoforis adalah pengacuan satuan
lingual yang terdapat di luar teks wacana.
Contoh: Itu matahari. Kata itu pada tuturan
tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang
menerangi alam ini.’
§ Referensi endofora adalah pengacuan satuan
satuan lingual yang terdapat di dalam teks wacana.
Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
· Referensi anafora
yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat yang lebih
dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri.
Contoh:
(a) Hati Adi terasa
berbunga-bunga. (b) Dia yakin Janah menerima lamarannya.
Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada
kata Adi.
Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut
berkaitan secara padu dan saling berhubungan.
· Referensi katafora
yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat yang
sebelah kanan.
Karena bajunya kotor, Gani pulang
ke rumah.
Pronomina enklitik-nya pada
kalimat pertama mengacu pada antaseden Gani yang terdapat pada kalimat kedua.
Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina
persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif.
Pronomina Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti
bergantung yang memerankannya.
Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai
berikut.
|
Tunggal
|
Jamak
|
Persona pertama
|
Aku, saya
|
Kami, kita
|
Persona kedua
|
Kamu, engkau, anda
|
Kalian, kami
sekalian
|
Persona ketiga
|
Dia, ia, beliau
|
Mereka
|
Contoh:
a) Ida, kamu harus belajar. (referensi bersifat anfora)
b) Kamu sekarang harus lari! Ayo, Okta cepatlah! (referensi
bersifat katafora)
· Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual
yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata: ini,
itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu,
di sini, di situ,di sana dan
sebagainya.
Contoh: (a) “Di sini saya dilahirkan. (b) Di rumah
inilah saya dibesarkan,” kata Ani.
Pronominal di sini pada kalimat (a) mengacu
secara katafora terhadap antesedan rumah pada kalimat (b).
· Pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi
antasedennya.
Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara
lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda,
tidak beda jauh, dan sebagainya.
Contoh:
Dani mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.
b. Substitusi
(penggantian)
Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur
yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk
lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa (Halliday dan
Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863).
Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata
ganti tempat, dan kata ganti sesuatu hal.
1. Kata ganti orang merupakan kata yang dapat
menggantikan nama orang atau beberapa orang.
Contoh: Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili
Kalimantan Selatan.
2. Kata ganti tempat adalah kata yang dapat
menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu.
Contoh: Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di
Kalimantan Timur. Di sana banyak terdapat pabrik sawit sebagai
alat untuk mengolah buah sawit menjadi minyak mentah.
3. Dalam pemakaian Bahasa untuk mempersingkat
suatu ujaran yang panjang yang digunakan lagi, dapat dilakukan dengan
menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar dapat
digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata.
Contoh:
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila
adalah dasar negara. Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai dasar yang
normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara Repubublik Indonesia.
Kata demikian pada contoh di atas merupakan
kata ganti hal yang menggantikan seluruh preposisi yang disebutkan sebelumnya.
c. Elipsis (penghilangan/
pelepasan)
Elipsis adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan
kebahasaan lain. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu
unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan.
Contoh:
Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya
menghadapi saat- saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini.
(Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.
d. Piranti Konjungsi
(kata sambung)
Konjungsi termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat.
Piranti konjungsi dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi
beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
a. Piranti urutan waktu
Proposisi-proposisi yang menunjukkan tahapan-tahapan seperti
awal, pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan
waktu. Berikut ini beberapa konjungsi urutan waktu. Setelah itu,
sebelum itu, sesudah itu, lalu, kemudian, akhirnya, waktu itu, sejak itu dan
ketika itu.
Contoh:
Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan. Setelah
itu dia akan berkunjung ke Pulau Kumala.
b. Piranti Pilihan
Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan
hubungan pilihan.
Contoh:
Pergi ke Pasar Lama atau ke Pasar Baru.
c. Piranti Alahan
Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan dengan
frasa-frasa seperti meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun)
demikian, kedatipun begitu, biarpun demikian, dan biarpun
begitu.
Contoh:
Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan.
d. Piranti Parafrase
Parafrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah
dimengerti.
Contoh:
Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang
ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata
lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam
karya satra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.
e. Piranti Ketidaserasian
Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan
proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan.
Contoh:
Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat
penunjuk jalan.
f. Piranti Serasian
Piranti keserasian digunakan apabila dua buah ide atau proposisi
itu menunjukkan hubungan yang selaras atau sama.
Contoh:
Nia sangat dermawan, demikian juga dengan
ibunya.
g. Piranti Tambahan (Aditif)
Piranti Tambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang
bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan
dua proposisi atau lebih. Piranti konjungsi tambahan antara lain: pula,
juga, selanjutnya, dan, di samping itu, tambahan lagi, dan selain
itu.
Contoh:
Masukkan kentang dan wortel, selanjutnya beri
garam dan gula secukupnya. Selain
itu, kita juga bisa menambahkan brokoli dan jagung manis.
h. Piranti Pertentangan (Kontras)
Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi yang
bertentangan atau kontras dengan bagian lain. Piranti yang biasa digunakan
misalnya (akan) tetapi, sebaliknya, namun, dsb.
Contoh:
Perkembangan kognitif anak sudah baik. Namun, harus tetap
berlatih agar tidak terjadi penurunan.
Diky sangat nakal, tetapi ia pintar.
i. Piranti Perbandingan
(Komparatif)
Piranti ini digunakan untuk menunjukkan dua proposisi yang
menunjukkan perbandingan. Untuk mengatakan hubungan secara eksplisit sering
digunakan kata penghubung antara lain: sama halnya, berbeda dengan itu,
seperti, dalam hal seperti itu, serupa dengan itu, dan sejalan
dengan itu.
Contoh:
Pantun, puisi asli Indonesia, berbeda dengan syair.
Pantun mempunyai dua bagian setiap bait, yaitu bagian sampiran dan isi.
Sampiran terdapat dua baris pertama, sedangkan isinya terkandung pada dua baris
terakhir.
j. Piranti Sebab-akibat
Sebab dan akibat merupakan dua kondisi yang berhubungan.
Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan sebab
terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya.
Contoh:
Karena sering membuang sampah ke Sungai akibatnya rumah
warga di sepanjang Jl. Yos Sudarso terendam banjir.
k. Piranti Harapan (Optatif)
Hubungan optatif terjadi apabila ada ide atau proposisi yang
mengandung suatu harapan atau doa.
Contoh:
- Mudah-mudahan kejadian seperti
itu tidak terulang kembali.
- Semoga artikel ini
bermanfaat bagi pembaca.
l. Piranti Ringkasan dan Simpulan
Piranti tersebut berguna untuk mengantarkan ringkasan dari
bagian yang berisi uraian.
Contoh:
Demikianlah beberapa informasi memngenai manfaat buah apel bagi
kesehatan yang telah saya sampaikan pada artikel ini. Jadi, mulai
sekarang sering-seringlah mengkonsumsi buah apel.
m. Piranti Misalan atau Contohan
Contohan atau misalan itu berfungsi untuk memperjelas suatu
uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Biasanya, kata yang digunakan
adalah contohnya, misalnya, umpanya, dsb.
Contoh:
Kata ganti orang pertama tunggal. Contohnya hamba,
saya, beta, aku, daku, dan sebagainya.
n. Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)
Piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih
menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan adalah jangan-jangan,
barangkali, mungkin, kemungkinan besar, dan sebagainya.
Contoh:
Mungkin dia sedang sedih.
o. Piranti Konsesi: memang, tentu saja
Dalam memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim
pesan mengakui sesuatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi
di luar jalur yang dibicarakan. Pengakuan itu dapat
dinyatakan dengan kata memang atau tentu
saja.
Contoh:
Memang benar dia pintar.
p. Piranti Tegasan
Proposisi yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat
segera dipahami dan di resapi.
Contoh:
Untuk makan sehari-hari saja susah apalagi untuk
membeli rumah.
q. Piranti Jelasan
Piranti ini digunakan untuk memberikan penjelasan yang berupa
proposisi (pikiran, perasaan, peristiwa, keadaan, dan sesuatu hal) lanjutan.
Contoh:
Yang dimaksud braille adalah sistem tulisan dan cetakan untuk orang buta.
2. Piranti Kohesi
Leksikal
Secara umum, piranti kohesi leksikal berupa kata atau frasa
bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau
mengikuti. Menurut Rentel (1986: 268-289), piranti kohesi leksikal terdiri atas
dua macam yaitu:
a. Reiterasi (pengulangan)
Reiterasi merupakan cara untuk menciptakan hubungan yang
kohesif.
Jenis-jenis reiterasi itu meliputi:
1. Repetisi Ulangan
Repetisi atau ulangan merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan hubungan kohesif antarkaliamat. Macam-macam ulangan atau
repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia seperti berikut.
a) Ulangan Penuh
Ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara
penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk.
Contoh:
Buah Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan
kelezatan rasanya. Buah Apel memiliki kandungan vitamin,
mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar,
dan lain sebagainya.
b) Ulangan dengan bentuk lain
Terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau
bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama.
Contoh:
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai
dengan rasa ragu-ragu dan fisafat dimulai dengan
kedua-duanya. Berfilsafatdidorong untuk mengetahui apa yang telah
kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
c) Ulangan dengan Penggantian
Pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti
dengan kata ganti.
Contoh:
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak
di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin
mengetahui hakikat dirinya.
d) Ulangan dengan hiponim
Contoh:
Bila musim kemarau tiba, tanaman di
halaman rumah mulai mengering
. Bunga tidak mekar seperti biasanya.
2. Kolokasi
Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdampingan dengan yang
lain, biasanya diasosiasikan sebagai kesatuan.
Contoh:
UUD 1945 dan Pancasila.
Ada ikan ada air.
D. Piranti Koherensi
Istilah
koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung
disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk
sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu
wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung
kalimat yang di gunakan.
Contoh:
(a) Guntur kembali bergema dan hujan menderas
lebih hebat lagi. (b) Hati Darsa makin kecut.
Biarpun tidak terdapat pemerkah hubungan yang jelas antara
kalimat (a) dan (b), tiap pembaca akan menafsirkan makna kalimat (b) mengikuti
kalimat (a). Pembaca mengandaikan adanya ‘hubungan semantik’ antara
kalimat-kalimat itu, biarpun tidak terdapat pemerkah eksplisit yang menyatakan
hubungan seperti itu.
KOHESI DAN KOHERENSI WACANA
A. Pengertian Kohesi
Kohesi adalah
hubungan antarbagian dalam teks yang ditandai penggunaan unsur bahasa. Konsep
kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk, artinya unsur-unsur wacana
(kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana memiliki
keterkaitan secara padu dan utuh (Mulyana, 2005: 26). Contoh kohesi adalah
sebagai berikut.
Listrik mempunyai banyak kegunaan. Orang tuaku
berlangganan listrik dari PLN. Baru-baru ini tarif
pemakaian listrik naik 25%, sehingga banyak masyarakat yang mengeluh.
Akibatnya, banyak pelanggan listrik yang melakukan
penghematan. Jumlah peralatan yang menggunakan listrik sekarang meningkat. Alat
yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk
udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa
saja, bukan barang mewah.
Contoh wacana di atas dikatakan kohesif,
karena menggunakan alat kohesi pengulangan, misalnya listrik yang diulang
beberapa kali. Namun, paragraf tersebut tidak padu karena bagian-bagian
paragraf itu tidak mempunyai kepaduan secara maknawi.
B. Pengertian Koherensi
Koherensi adalah keterkaitan
antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya, sehingga kalimat memiliki
kesatuan makna yang utuh (Brown dan Yule dalam Mulyana, 2005: 30).
Contoh:
(a) Buah Apel ( Apple ) adalah salah satu buah
yang sangat tidak diragukan kelezatan rasanya. (b) Menurut beberapa
penelitian dibalik kelezatan dari rasa buah apel ternyata juga mengandung
banyak zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh kita. (c) Untuk itu
sangatlah penting untuk mengkonsumsi buah apel. (d) Buah
Apel memiliki kandungan vitamin, mineral dan unsur lain seperti serat,
fitokimian, baron, tanin, asam tartar, dan lain
sebagainya. (e) Dengan kandungan zat-zat tersebut buah apel
memiliki manfaat yang dapat mencegah dan menanggulangi berbagai
penyakit. (f) Berikut ini adalah beberapa manfaat buah apel
bagi kesehatanyang berhasil dihimpun dari berbagai
sumber yaitu buah apel dapat mencegah
penyakit asma, dapat mengurangi berat badan, melindungi tulang,
menurunkan kadar kolesterol, mencegah kanker hati, kanker paru-paru, kanker payudara,
kanker usus, mengontrol diabetes, membersihkan dan menyegarkan mulut.
Bagian-bagian pada wacana di atas saling mempunyai kaitan secara
maknawi, kalimat di atas menjelaskan secara rinci zat-zat dan manfaat yang
terkandung dalam buah apel. Wacana itu termasuk wacana padu karena hampir
setiap kalimat berhubungan padu secara maknawi dengan bagian lain. Selain itu,
wacana itu juga kohesif. Ada beberapa kata yang diulang (buah apel pada
setiap kalimat). Jadi, wacana itu harus kohesif dan dan koherensif. Bahkan
keterpaduanlah (koherensi) yang harus diutamakan.
C. Piranti Kohesi
Menurut Halliday dan Hassan
(1976), unsur kohesi terbagi atas dua macam, yaitu unsur leksikal dan unsur
gramatikal. Piranti kohesi gramatikal merupakan piranti atau penanda kohesi
yang melibatkan penggunaan unsur-unsur kaidah bahasa. Piranti kohesi leksikal
adalah kepaduan bentuk sesuai dengan kata.
1. Piranti Kohesi
Gramatikal
Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia ragam tulis, digunakan
piranti kohesi gramatikal seperti berikut.
a. Referensi
Referensi berarti hubungan antara kata dengan benda. Kata pena misalnya
mempunyai referensi sebuah benda yang memiliki tinta digunakan untuk menulis.
Halliday dan Hasan (1979) membedakan referensi menjadi dua
macam, yaitu eksoforis dan endoforis.
§ Referensi eksoforis adalah pengacuan satuan
lingual yang terdapat di luar teks wacana.
Contoh: Itu matahari. Kata itu pada tuturan
tersebut mengacu pada sesuatu di luar teks, yaitu ‘benda yang berpijar yang
menerangi alam ini.’
§ Referensi endofora adalah pengacuan satuan
satuan lingual yang terdapat di dalam teks wacana.
Referensi endofora terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
· Referensi anafora
yaitu satuan lingual yang disebut lebih dahulu atau ada pada kalimat yang lebih
dahulu, mengacu pada kalimat awal atau yang sebelah kiri.
Contoh:
(a) Hati Adi terasa
berbunga-bunga. (b) Dia yakin Janah menerima lamarannya.
Kata Dia pada kalimat (b) mengacu pada
kata Adi.
Pola penunjukkan inilah yang menyebabkan kedua kalimat tersebut
berkaitan secara padu dan saling berhubungan.
· Referensi katafora
yaitu satuan lingual yang disebutkan setelahnya, mengacu pada kalimat yang
sebelah kanan.
Karena bajunya kotor, Gani pulang
ke rumah.
Pronomina enklitik-nya pada
kalimat pertama mengacu pada antaseden Gani yang terdapat pada kalimat kedua.
Baik referensi yang bersifat anafora maupun katafora mengunakan pronomina
persona, pronomina penunjuk, dan pronomina komparatif.
Pronomina Persona adalah pengacuan secara berganti-ganti
bergantung yang memerankannya.
Dalam bahasa Indonesia, pronominal persona diperinci sebagai
berikut.
|
Tunggal
|
Jamak
|
Persona pertama
|
Aku, saya
|
Kami, kita
|
Persona kedua
|
Kamu, engkau, anda
|
Kalian, kami
sekalian
|
Persona ketiga
|
Dia, ia, beliau
|
Mereka
|
Contoh:
a) Ida, kamu harus belajar. (referensi bersifat anfora)
b) Kamu sekarang harus lari! Ayo, Okta cepatlah! (referensi
bersifat katafora)
· Pronomina demonstrasi yaitu pengacuan satual lingual
yang dipakai untuk menunjuk. Biasanya menggunakan kata: ini,
itu, kini, sekarang, saat ini, saat itu,
di sini, di situ,di sana dan
sebagainya.
Contoh: (a) “Di sini saya dilahirkan. (b) Di rumah
inilah saya dibesarkan,” kata Ani.
Pronominal di sini pada kalimat (a) mengacu
secara katafora terhadap antesedan rumah pada kalimat (b).
· Pronomina komparatif adalah deiktis yang menjadi bandingan bagi
antasedennya.
Kata-kata yang termasuk kategori pronominal komparatif antara
lain: sama, persis, identik, serupa, segitu serupa, selain, berbeda,
tidak beda jauh, dan sebagainya.
Contoh:
Dani mirip dengan Ali karena mereka bersaudara.
b. Substitusi
(penggantian)
Penggantian adalah penyulihan suatu unsur wacana dengan unsur
yang lain yang acuannya tetap sama, dalam hubungan antarbentuk kata, atau bentuk
lain yang lebih besar daripada kata, seperti frasa atau klausa (Halliday dan
Hassan, 1979: 88; Quirk, 1985: 863).
Secara umum, penggantian itu dapat berupa kata ganti orang, kata
ganti tempat, dan kata ganti sesuatu hal.
1. Kata ganti orang merupakan kata yang dapat
menggantikan nama orang atau beberapa orang.
Contoh: Nurul mengikuti olimpiade matematika. Ia mewakili
Kalimantan Selatan.
2. Kata ganti tempat adalah kata yang dapat
menggantikan kata yang menunjuk pada tempat tertentu.
Contoh: Kabupaten Paser merupakan penghasil minyak terbesar di
Kalimantan Timur. Di sana banyak terdapat pabrik sawit sebagai
alat untuk mengolah buah sawit menjadi minyak mentah.
3. Dalam pemakaian Bahasa untuk mempersingkat
suatu ujaran yang panjang yang digunakan lagi, dapat dilakukan dengan
menggunakan kata ganti hal. Sesuatu yang diuraikan dengan panjang lebar dapat
digantikan dengan sebuah atau beberapa buah kata.
Contoh:
Pembukaan UUD 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila
adalah dasar negara. Dengan demikian, Pancasila merupakan nilai dasar yang
normatif terhadap seluruh penyelenggaraan negara Repubublik Indonesia.
Kata demikian pada contoh di atas merupakan
kata ganti hal yang menggantikan seluruh preposisi yang disebutkan sebelumnya.
c. Elipsis (penghilangan/
pelepasan)
Elipsis adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan
kebahasaan lain. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong (zero), yaitu
unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan.
Contoh:
Tuhan selalu memberikan kekuatan, ketenangan, ketika saya
menghadapi saat- saat yang menentukan dalam penyusunan skripsi ini.
(Saya mengucapkan) terima kasih Tuhan.
d. Piranti Konjungsi
(kata sambung)
Konjungsi termasuk salah satu jenis kata yang digunakan untuk
menghubungkan kalimat.
Piranti konjungsi dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi
beberapa macam, yaitu sebagai berikut.
a. Piranti urutan waktu
Proposisi-proposisi yang menunjukkan tahapan-tahapan seperti
awal, pelaksanaan, dan penyelesaian dapat disusun dengan menggunakan urutan
waktu. Berikut ini beberapa konjungsi urutan waktu. Setelah itu,
sebelum itu, sesudah itu, lalu, kemudian, akhirnya, waktu itu, sejak itu dan
ketika itu.
Contoh:
Ani memberikan sambutan di Kantor Walikota Balikpapan. Setelah
itu dia akan berkunjung ke Pulau Kumala.
b. Piranti Pilihan
Untuk menyatakan dua proposisi berurutan yang menunjukan
hubungan pilihan.
Contoh:
Pergi ke Pasar Lama atau ke Pasar Baru.
c. Piranti Alahan
Hubungan alahan antara dua proposisi dihubungkan dengan
frasa-frasa seperti meski(pun) demikian, meski(pun) begitu, kedati(pun)
demikian, kedatipun begitu, biarpun demikian, dan biarpun
begitu.
Contoh:
Rumi tetap pergi ke Kampus, meskipun hujan.
d. Piranti Parafrase
Parafrase merupakan suatu ungkapan lain yang lebih mudah
dimengerti.
Contoh:
Perlu juga diperhatikan bahwa sejumlah teori dan pendekatan yang
ada tersebut, bagi pembaca justru saling melengkapi. Dengan kata
lain, apabila tujuan pembaca ingin memahami keseluruhan aspek dalam
karya satra, tidak mungkin mereka hanya memiliki satu pendekatan.
e. Piranti Ketidaserasian
Ketidakserasian itu pada umumnya ditandai dengan perbedaan
proposisi yang terkandung di dalamnya, bahkan sampai pada pertentangan.
Contoh:
Nyasar di Martapura, padahal saya sudah melihat
penunjuk jalan.
f. Piranti Serasian
Piranti keserasian digunakan apabila dua buah ide atau proposisi
itu menunjukkan hubungan yang selaras atau sama.
Contoh:
Nia sangat dermawan, demikian juga dengan
ibunya.
g. Piranti Tambahan (Aditif)
Piranti Tambahan berguna untuk menghubungkan bagian yang
bersifat menambahkan informasi dan pada umumnya digunakan untuk merangkaikan
dua proposisi atau lebih. Piranti konjungsi tambahan antara lain: pula,
juga, selanjutnya, dan, di samping itu, tambahan lagi, dan selain
itu.
Contoh:
Masukkan kentang dan wortel, selanjutnya beri
garam dan gula secukupnya. Selain
itu, kita juga bisa menambahkan brokoli dan jagung manis.
h. Piranti Pertentangan (Kontras)
Piranti ini digunakan untuk menghubungkan proposisi yang
bertentangan atau kontras dengan bagian lain. Piranti yang biasa digunakan
misalnya (akan) tetapi, sebaliknya, namun, dsb.
Contoh:
Perkembangan kognitif anak sudah baik. Namun, harus tetap
berlatih agar tidak terjadi penurunan.
Diky sangat nakal, tetapi ia pintar.
i. Piranti Perbandingan
(Komparatif)
Piranti ini digunakan untuk menunjukkan dua proposisi yang
menunjukkan perbandingan. Untuk mengatakan hubungan secara eksplisit sering
digunakan kata penghubung antara lain: sama halnya, berbeda dengan itu,
seperti, dalam hal seperti itu, serupa dengan itu, dan sejalan
dengan itu.
Contoh:
Pantun, puisi asli Indonesia, berbeda dengan syair.
Pantun mempunyai dua bagian setiap bait, yaitu bagian sampiran dan isi.
Sampiran terdapat dua baris pertama, sedangkan isinya terkandung pada dua baris
terakhir.
j. Piranti Sebab-akibat
Sebab dan akibat merupakan dua kondisi yang berhubungan.
Hubungan sebab-akibat terjadi apabila salah satu proposisi menunjukkan sebab
terjadinya suatu kondisi tertentu yang merupakan akibat atau sebaliknya.
Contoh:
Karena sering membuang sampah ke Sungai akibatnya rumah
warga di sepanjang Jl. Yos Sudarso terendam banjir.
k. Piranti Harapan (Optatif)
Hubungan optatif terjadi apabila ada ide atau proposisi yang
mengandung suatu harapan atau doa.
Contoh:
- Mudah-mudahan kejadian seperti
itu tidak terulang kembali.
- Semoga artikel ini
bermanfaat bagi pembaca.
l. Piranti Ringkasan dan Simpulan
Piranti tersebut berguna untuk mengantarkan ringkasan dari
bagian yang berisi uraian.
Contoh:
Demikianlah beberapa informasi memngenai manfaat buah apel bagi
kesehatan yang telah saya sampaikan pada artikel ini. Jadi, mulai
sekarang sering-seringlah mengkonsumsi buah apel.
m. Piranti Misalan atau Contohan
Contohan atau misalan itu berfungsi untuk memperjelas suatu
uraian, khususnya uraian yang bersifat abstrak. Biasanya, kata yang digunakan
adalah contohnya, misalnya, umpanya, dsb.
Contoh:
Kata ganti orang pertama tunggal. Contohnya hamba,
saya, beta, aku, daku, dan sebagainya.
n. Piranti Keragu-raguan (Dubitatif)
Piranti tersebut digunakan untuk mengantarkan bagian yang masih
menimbulkan keraguan. Kata yang digunakan adalah jangan-jangan,
barangkali, mungkin, kemungkinan besar, dan sebagainya.
Contoh:
Mungkin dia sedang sedih.
o. Piranti Konsesi: memang, tentu saja
Dalam memberikan penjelasan, adakalanya, pengirim
pesan mengakui sesuatu kelemahan atau kekurangan yang terjadi
di luar jalur yang dibicarakan. Pengakuan itu dapat
dinyatakan dengan kata memang atau tentu
saja.
Contoh:
Memang benar dia pintar.
p. Piranti Tegasan
Proposisi yang telah disebutkan perlu ditegaskan lagi agar dapat
segera dipahami dan di resapi.
Contoh:
Untuk makan sehari-hari saja susah apalagi untuk
membeli rumah.
q. Piranti Jelasan
Piranti ini digunakan untuk memberikan penjelasan yang berupa
proposisi (pikiran, perasaan, peristiwa, keadaan, dan sesuatu hal) lanjutan.
Contoh:
Yang dimaksud braille adalah sistem tulisan dan cetakan untuk orang buta.
2. Piranti Kohesi
Leksikal
Secara umum, piranti kohesi leksikal berupa kata atau frasa
bebas yang mampu mempertahankan hubungan kohesif dengan kalimat mendahului atau
mengikuti. Menurut Rentel (1986: 268-289), piranti kohesi leksikal terdiri atas
dua macam yaitu:
a. Reiterasi (pengulangan)
Reiterasi merupakan cara untuk menciptakan hubungan yang
kohesif.
Jenis-jenis reiterasi itu meliputi:
1. Repetisi Ulangan
Repetisi atau ulangan merupakan salah satu cara untuk
mempertahankan hubungan kohesif antarkaliamat. Macam-macam ulangan atau
repetisi berdasarkan data pemakaian bahasa Indonesia seperti berikut.
a) Ulangan Penuh
Ulangan penuh berarti mengulang satu fungsi dalam kalimat secara
penuh, tanpa pengurangan dan perubahan bentuk.
Contoh:
Buah Apel adalah salah satu buah yang sangat tidak diragukan
kelezatan rasanya. Buah Apel memiliki kandungan vitamin,
mineral dan unsur lain seperti serat, fitokimian, baron, tanin, asam tartar,
dan lain sebagainya.
b) Ulangan dengan bentuk lain
Terjadi apabila sebuah kata diulang dengan konstruksi atau
bentuk kata lain yang masih mempunyai bentuk dasar yang sama.
Contoh:
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai
dengan rasa ragu-ragu dan fisafat dimulai dengan
kedua-duanya. Berfilsafatdidorong untuk mengetahui apa yang telah
kita tahu dan apa yang belum kita tahu.
c) Ulangan dengan Penggantian
Pengulangan dapat dilakukan dengan mengganti bentuk lain seperti
dengan kata ganti.
Contoh:
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak
di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin
mengetahui hakikat dirinya.
d) Ulangan dengan hiponim
Contoh:
Bila musim kemarau tiba, tanaman di
halaman rumah mulai mengering
. Bunga tidak mekar seperti biasanya.
2. Kolokasi
Suatu hal yang selalu berdekatan atau berdampingan dengan yang
lain, biasanya diasosiasikan sebagai kesatuan.
Contoh:
UUD 1945 dan Pancasila.
Ada ikan ada air.
D. Piranti Koherensi
Istilah
koherensi mengacu pada aspek tuturan, bagaimana proposisi yang terselubung
disimpulkan untuk menginterpretasikan tindakan ilokusinya dalam membentuk
sebuah wacana. Proposisi-proposisi di dalam suatu wacana dapat membentuk suatu
wacana yang runtut (koheren) meskipun tidak terdapat pemerkah penghubung
kalimat yang di gunakan.
Contoh:
(a) Guntur kembali bergema dan hujan menderas
lebih hebat lagi. (b) Hati Darsa makin kecut.
Biarpun tidak terdapat pemerkah hubungan yang jelas antara
kalimat (a) dan (b), tiap pembaca akan menafsirkan makna kalimat (b) mengikuti
kalimat (a). Pembaca mengandaikan adanya ‘hubungan semantik’ antara
kalimat-kalimat itu, biarpun tidak terdapat pemerkah eksplisit yang menyatakan
hubungan seperti itu.
Berikut ini adalah contoh wacana yang mempunyai koherensi baik,
tetapi tidak tampak hubungan kohesifnya.
A: “ada telepon.”
B: “saya sedang mandi.”
C: “baiklah.”
Widdowson (1979).
Sebagai sebuah wacana, contoh percakapan di atas tidak dapat
pemerkah kohesif. Untuk memahami tuturan tersebut, kita harus menggunakan
informasi yang terkandung di dalam ujaran-ujaran yang di ungkapkan dan juga
sesuatu yang lain yang dilibatkan dalam penafsiran wacana itu. Percakapan
semacam itu akan dapat dipahami dengan baik melalui tindakan-tindakan
konvensional yang dilakukan oleh partisipan dalam percakapan itu.
Daftar Pustaka
Rani, Dkk. 2004. Analisis wacana. Malang: Bayumodia Publishing.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana.Yogyakarta: Tiara Wacana.
Berikut ini adalah contoh wacana yang mempunyai koherensi baik,
tetapi tidak tampak hubungan kohesifnya.
A: “ada telepon.”
B: “saya sedang mandi.”
C: “baiklah.”
Widdowson (1979).
Sebagai sebuah wacana, contoh percakapan di atas tidak dapat
pemerkah kohesif. Untuk memahami tuturan tersebut, kita harus menggunakan
informasi yang terkandung di dalam ujaran-ujaran yang di ungkapkan dan juga
sesuatu yang lain yang dilibatkan dalam penafsiran wacana itu. Percakapan
semacam itu akan dapat dipahami dengan baik melalui tindakan-tindakan
konvensional yang dilakukan oleh partisipan dalam percakapan itu.
Daftar Pustaka
Rani, Dkk. 2004. Analisis wacana. Malang: Bayumodia Publishing.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana.Yogyakarta: Tiara Wacana.