search

Translate

Senin, 07 November 2016

Absurd 3

AausiBlog


Seperti itu, kemudian terjadi dan terjadi lagi. Seberapa banyak kebosanan harus ku telan kutenggelamkan dalam rasa jiwa dan kemarahan yang tak terlampiaskan. Kekalahan selalu meraja menaklukan semua dan segala-galanya. Aku sudah bosan melakoni peran pura-puraku. Bersamamu neraka selalu tercipta. Menyala dan memberangus mimpi-mimpiku, yang tak pernah selesai karena selalu terbangun sontak menyentak tiba-tiba. Inilah lakon yang tidak pernah aku pesan sebelumnya. Tidak pula aku memilih atau mengiyakan untuk setuju dari takdir yang tersodorkan, bukan di sodorkan. Aku tidak meminta semuanya, semua yang ku perankan ini. Tapi aku tak bisa menagih, karena janjipun tak pernah ada kongsi ketika itu. Adalah kongsi Tuhan bersama takdirnya kemudian menunjukku seperti tumbal untuk dilemparkan dalam mayapada kegelapan.
Gelap hidupku, memang sejak awal.
Sejak tangan kecilku masih meraba mencari-cari jalan, mungkin sejak aku mewujud gas, atau either, atau apa aku tak peduli. Karena Engkau ciptakan aku pun berawal dari ketidak pedulian, atau bagaimana aku tak mengerti. Yang aku tahu, bahwa sejak dimana aku mulai memiliki rasa dan kesadaran, aku merasa sudah ada ketidakadilan. Aku tidak menghujat, karena aku sadar, bahwa hujatan seorang aku, tak mungkin bisa sampai dengan nada yang utuh dan vokal yang jelas. Aku hanya menyesal mengapa aku terlempar dalam neraka yang kucipta sendiri? Neraka yang tak bisa padam walau dengan mendung pilu atau hujan airmata sekalipun. Neraka yang tak pernah bisa berdamai dengan rasa nyaman. Dengan hati dan perasaan.
Aku hanya bisa ratapi sungkawa di palung jiwa kosong,
Tak bisa diurai dengan kata-kata atau disusun menjadi kalimat.
Berkali-kali aku ingin lari. Ingin lari. Ingin lari. Ingin lari.............
Ingin pergi jauh. Jauh.jauh. jauh. Jauh.
Melepaskan yang memberat punda,
Berbaring dan menggeletak. Seperti yang aku pernah  lakukan ketika aku masih polos. Masih mengeja hurup, masih belajar mengaji, masih riuh dengan teriakan malam, di surau.
Tiba-tiba aku tertampar (atau ditampar, aku tak ingat). Menyadarkan ku, bahwa aku adalah yang sekarang usang, tak bernilai, dan tak berharga. yang tak dilapisi segel harga diri, atau tanda lain supaya orang lain sedikit mengerti dan mengakui bahwa aku adalah manusia yang butuh itu. Tapi tidak untuk racun ku itu yang setiap hari selalu menawarkan kepahitan dan kematian. Menyandingkan aku hanya demi kepentingan dan ego sendiri. Memperalatku menjadi mesin robot yang bisa di bongkar dan dipasang baut nya kapan saja. Melucuti kemanusiaanku dan membuang semuanya yang menjadi milik hakiki manusia.
Akulah.
Aku sejatiku adalah manusia. Aku sejatiku pria, aku sejatiku seharusnya seperti besi, atau baja, atau apa aku tidak tahu. Dan aku sejatiku, seharusnya kuat dan tahan. Aku sejatikku seharusnya tidak rapuh. Tidak seperti ini. Aku sejatiku seharusnya mendapatkan hak ku yang seharusnya. Dan aku sejatiku seharusnya bisa sama atau menyamakan dengan orang lain, yang tidak sama dengan aku sekarang. Karena aku lain.  Karena aku berbeda.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

your Comment here

Latihan Tari Topeng Kelana Lima Menit

Latihan Tari Topeng Kelana Lima menit. Beginilah aksi guru TK /Paud Mutiara Irsyady. Serius tapi santai latihan topeng kelana Lima menit, pe...