Sebelum bercerita: ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada saat kita akan membawakan sebuah cerita yaitu
: penguasaan cerita, pemahaman bentuk bahasa yang dipergunakan dalam
menyampaikan cerita, pengaturan / manajemen waktu dan kostum yang dipakai oleh
pembawa cerita .
Berikut penjelasan tentang
masing-masing pokok bahasan.
1. Penguasaan cerita
Kuasai cerita ( tokoh, isi,
tema, akhir cerita) merupakan perintah pertama yang harus betul-betul
diperhatikan. Penguasaan cerita merupakan modal yang sangat besar bagi
seseorang untuk bisa membawakan cerita dengan baik karena dari sanalah sumber
penghayatan sang pencerita (story teller) dan kepercayaan diri dalam bercerita
nantinya. Penguasaan cerita merupakan aspek yang penting karena seringkali
pencerita harus lancar sehingga ceritanya meyakinkan atau harus berimprovisasi
seingga ceritanya bisa menjadi lebih menarik dan mengesankan.
v
Pemahaman bentuk bahasa yang
dipergunakan dalam menyampaikan cerita
Tandai antara
narasi dan dialog. Mengapa? karena bahasa yang dipergunakan dalam story telling
seringkali merupakan perpaduan antara narasi dan dialog. Narasi merupakan
bahasa yang dipakai oleh penulis cerita untuk mendeskripsikan latar, tokoh,
atau kejadian-kejadian di dalam sebuah cerita. Sedangkan dialog adalah bahasa
yang digunakan untuk mengungkapkan apa yang dikatakan oleh seorang tokoh kepada
tokoh lainnya.
Menandai narasi
dan dialog akan memudahkan pencerita
dalam memposisikan perannya, apakah suatu ketika sedang memerankan
tokoh-tokoh tertentu yang saling berbicara satu dengan yang lainnya. Suara pada
saat menarasikan cerita sebisa mungkin harus berbeda dengan suara pada
saat memerankan tokoh-tokoh yang ada. Demikian
juga suara-suara tokoh yang berbeda sebisa mungkin harus terwakili. Suara anak
kecil misalnya harus dibedakan dengan suara orang yang sudah dewasa atau tua.
Suara perempuan harus dibedakan dengan suara laki-laki. Untuk bisa membuat
suara yang sesuai dengan peran haruslah dipelajari dengan seksama.
v
Pengaturan Waktu
Dalam lomba story
telling, ada alokasi waktu bagi masing-masing peserta. Perhatikan waktu yang
diberikan dan berlatihlah menggunakan waktu dengan efesien sehingga cerita bisa
diselesaikan sesuai dengan waktu yang diberikan. Sisa waktu yang terlalu banyak
juga kurang bagus. Apalagi kalau cerita belum selesai sementara waktunya sudah
habis.
v
Pemilihan kostum / baju yang
sesuai
Pastikan bahwa
baju yang dikenakan pada saat membawakan cerita sesuai dengan latar dari
cerita. Misalnya; kalau yang dibawakan adalah cerita local/daerah yang
tradisional maka kostum tradisional yang mencerminkan kedaerahan merupakan
pilihan tepat. Cinderella merupakan cerita klasik Eropa yang tokoh-tokohnya
berbusana selayaknya orang Eropa sehingga penggunaan kostum yang selaras perlu
diperhatikan. Demikian juga jika ceritanya mengenai kehidupan modern, akan
terlihat janggal kalau pencerita mengenakan pakaian tradisional.
2. Pada Saat Bercerita
Beberapa hal yang perlu
dicermati pada saat membawakan cerita adalah
penyampaian judul dan perkenalan diri, penguasaan audiens, cara
memposisikan, diri dan penggunaan kata-kata yang jelas untuk menyampaikan akhir
cerita.
v
Penyampaian Judul.
Pada saat memulai
bercerita, sampaikan judul cerita dengan jelas dan tidak terburu-buru.
Memperkenalkan diri dan memberitahukan kepada audiens bahwa anda akan bercerita,
juga penting dilakukan sehingga audiens
bisa bersiap untuk mendengarkannya. Kalau bisa ceritakan dengan singkat isi
utama / tema cerita tokoh-tokoh yang ada. Hal ini akan membantu audiens untuk
bisa mengikuti cerita denga lancar dan mudah. Tampilkan judul sekali lagi agar
lebih berkesan bagi audiens.
Sebagai contoh:
“
Hello everybody, my name is …. I’m from
SMP ….. I’m here to tell you about a story
called ….. it’s about …………………………….. I hope you’ll find this story
interesting. Ok this is a ………….. ( title
of story)
v
Penguasaan Audiens
Memperhatikan
audens sangat penting bagi seorang pencerita. Bila audiens sedikit karena ruang
yang dipakai untuk kegiatan relative kecil, jangan terlalu banyak menggunakan
gerak karena biasanya jarak pencerita dengan audiens juga dekat. Apabila
audiennya banyak maka suara harus keras dan jelas. Gerak bisa membantu audiens
memahami apa yang disampaikan oleh pencerita.
v
Cara memposisikan diri
Pada saat
bercerita usahakan untuk tidak membelakangi audiens. Bagaimanapun, kontak atau
interaksi bisa dibangun dengan lebih baik kalau pencerita berhadapan wajah
dengan audiens. Untuk tujuan yang sama, yaitu berinteraksi denga baik, jangan
meletakan kertas/ catatan tepat di depan wajah. Kadang kala membawa catatan
memang perlu (jika cerita cukup panjang dan detailnya banyak). Terutama untuk
mencatat point-point penting sesuai urutan yang harus tidak dilupakan untuk
diceritakan . oleh karenanya, usahakan membawa kertas-kertas berukuran sedang dan
tidak terlalu sering membolak-balik halaman. (bisa hapal lebih baik)\
Karena bercerita
adalah berkomunikasi, tataplah audens seolah –olah anda sedang berbicara kepada
mereka. Bicaralah kepada semuanya, bukan hanya kepada sekelompok orang. Gunakan
variasi antara bicara lambat, bicara cepat, dan berhenti. Gunakan berhenti
untuk mengambil nafas dengan baik dan untuk memberi kesempatan kepada audiens
memahami yang sedang diceritakan. Gunakan variasi untuk bicara perlahan dan keras.
Ucapkan dialog seperti anda menirukan orang berbicara: perasaan dan emosi
kadang harus dilibatkan. Kalau bisa, pergunakan suara yang berbeda untuk tokoh
yang berbeda (suara laki-laki, suara perempuan, suara anak-anak, dan suara orang
dewasa/orang tua dsb.)
v
Penyampaian akhir cerita secara
jelas
Akhir cerita
merupaka titik akhir yang ditunggu – tunggu oleh audiens. Banyak dari mereka
menginginkan cerita berakhir dengan bahagia (happy ending) walaupun ada juga
cerita yang berakhir dengan kesedihan (sad ending). Mimic muka (gesture) bisa
mendukung hal ini.
Pada saat
menyampaikan akhir cerita, perjelas suara dan bahasa yang digunakan. Misalnya:
“’cinderella was brought by carriage to the
young prince, dressed as she was, he thought her more charming than ever, and a
few days after, married her. They lived happily hereafter”
3.
Setelah
selesai bercerita
Bila cerita sudah selesai,
jangan lupa memberikan kalimat-kalimat penutup atau memberi salam, dan hormat
kepada audiens. Contoh:
Ø
“
……… and that story of …… from me. Bye - bye “
Ø
“that
the end of the story of …. Until then from me … good bye”
4. Penutup
Ada beberapa aspek penting yang
harus dperhatikan dalam story telling yaitu :
1. Sebelum bercerita, penguasaan
cerita, pemahaman bentuk bahasa yang dipergunakan dalam menyampaikan cerita, pengaturan waktu, dan kostum yang dipakai oleh pembawa
cerita.
2. Pada saat bercerita ;
penyampaian judul, perkenalan diri, penguasaa audiens, memposisikan diri, serta
menggunakan kata-kata yang jelas untuk menyampaikan akhir cerita. Setelah
cerita selesai, perlu menyampaikan/ memberikan kalimat penutup atau memberi
salam kepada juri dan audiens.
Jempooooool Mr.
BalasHapusokE...THANKS
Hapus